Niaga-el : Angin Segar bagi Perempuan yang Terbatas Ruang Geraknya

Ikrima Barrorotul Farikhiyah
5 min readOct 28, 2022

--

Laudon dan Laudon (1998) mendefinisikan Electronic Commerce sebagai “The process of buying and selling goods electronically by consumers and from company to company through computerized business transaction.E-Commerce atau Niaga-el memperkuat ungkapan bahwa dunia seolah-olah dalam satu genggaman elektronik. Hal ini selaras dengan perkembangan internet yang menjangkau setiap sendi kehidupan.

Anehnya, di era tanpa batas seperti sekarang, masih ada manusia yang dibatasi ruang geraknya dan tidak leluasa berekspresi. Manusia itu bernama perempuan. Banyak faktor yang membatasi ruang geraknya dan menimbulkan ketidakadilan, entah oleh stigma atau kondisi lingkungan yang memang tidak ramah perempuan. Lorong jalan kota yang gelap tanpa penerangan dan rawan pelecehan, namun perempuan yang disalahkan karena pulang malam dan tak berbusana sopan. Kondisi demikian membuat perempuan takut dan was-was. Namun, tidak bagi perempuan yang memiliki tanggungan demi kompor dapur tetap menyala.

Selain itu, pertanyaan memilih menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga sudah tak asing ditelinga perempuan. Tak heran jika Najwa Shihab sempat geram ketika ditanya oleh Denny akan hal itu. Angkat topi untuk jawaban lantang mbak Nana “Kenapa sih perempuan harus disuruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu sejak awal sudah menempatkan posisi perempuan seolah tak berdaya.” Stigma tentang peran ganda perempuan seolah paten tak bisa diganggu gugat. Lain halnya dengan laki-laki yang tidak distigmatisasi demikian.

Hal tersebut tidak dapat terus dinormalisasi karena dapat menyingkirkan perempuan sebagai manusia yang utuh. Mengingat pandangan sebagian besar masyarakat masih terjebak dalam definisi hitam atau putih, siang atau malam, moral atau amoral, dan ibu rumah tangga atau wanita karier tanpa melihat konteks dan urgensi. Oleh karena itu, feminisme menutut kesetaraan hak tanpa membedakan gender, tidak mengenal peran khusus laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari kontruksi sosial tanpa mempertimbangkan kompetensi dan kebebasan memilih. Namun, paham ini sering disalahartikan dan bias persepsi sehingga menuai banyak pertentangan dan lambat pergerakannya.

Adanya Niaga-el cukup melegakan bagi perempuan atas kontruksi sosial yang menimpanya. Perempuan bisa memanfaatkan Niaga-el untuk sekadar menyalurkan hobi atau mandiri secara financial walaupun di rumah. Selain itu, Niaga-el juga memiliki peluang yang bagus di pasar global dan mudah di akses. Menurut data dari vpnmentor, total penjualan retail Niaga-el di seluruh dunia akan terus naik setiap tahunnya. Pada tahun 2021 akan mencapai US$4,479 trillion. Di Indonesia, 96% pengguna internet pernah menggunakan Niaga-el.

Sumber Gambar: https://id.vpnmentor.com/blog/trend-internet-vital/
Sumber Gambar: katadata.com

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (2018), total UMKM mencapai 57,83 juta dengan lebih dari 60% dikelola oleh perempuan (jumlah pelaku UMKM perempuan mencapai 37 juta). Melihat kondisi tersebut, menjadikan “Women as Economic Drivers.” Akan tetapi, tidak sedikit perempuan yang memiliki keterbatasan pendanaan. Oleh karena itu, Niaga-el menjadi udara segar karena tidak membutuhkan pendanaan awal yang banyak. Serta menurut Senior Content Marketer iPrice Group Indah Mustikasari, Rabu (1/8/2018), partisipasi perempuan dapat memberi keberagaman ide atau pandangan dalam bisnis serta menjembatani aspirasi konsumen Niaga-el yang didominasi oleh kaum hawa.

Berdasarkan proyeksi McKinsey & Company Guillaume de Gantes, Indonesia dapat meningkatkan PDB senilai US$135 miliar pada 2025, jika dapat mendorong kesetaraan perempuan dalam kontribusi ekonomi. Sementara dalam laporan McKinsey Global Institute (2015), disebutkan dalam skenario potensi penuh di mana perempuan memiliki peran yang identik dengan pria di pasar kerja, dapat menambahkan US$28 trillion atau 26% terhadap PDB tahunan global pada 2025.

Sumber Gambar: iprice.com

Ironisnya, partisipasi perempuan dalam manajemen Niaga-el di Indonesia masih rendah di ASEAN. Data itu menandakan terbatasnya akses perempuan terhadap peluang pasar tenaga kerja di Indonesia. Padahal peluang kemiskinan perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Sebab secara kodrati perempuan sudah mendapat tantangan seperti hamil, melahirkan, dan menjadi ibu yang mempengaruhi nilai perempuan di pasar kerja. Ditambah lagi, dinginnya iklim kerja beberapa industri seperti STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) terhadap perempuan. Pasalnya, kesiapan untuk dapat bekerja dan dipanggil kapanpun cukup memberatkan perempuan dengan stigma tidak boleh keluar larut malam dan tanggungan pekerjaan rumah. Selain itu, perempuan mendapat tekanan kinerja yang lebih besar karena kurangnya kepercayaan diri dan tingginya ekspektasi untuk mewakili perempuan sebagai sebuah grup.

Sayangnya, masalah perempuan tidak hanya pada keterbatasan memilih, tapi juga jaminan rasa aman. Jika terjadi pelecehan seksual, tidak sedikit tanggapan yang sama sekali tidak pro penyintas. Bahkan mewajarkan tindakan tersebut karena dunia ini tidak ideal dan harus bersikap lebih pragmatis. Terkait kasus seorang ayah yang memperkosa anaknya saja, masih ada yang beranggapan jika kasus tersebut salah seorang ibu karena bekerja di luar. Sehingga tidak ada yang mengawasi keduanya dan suami mencari pelampiasan nafsu lain. Pola pikir hewani seperti itu seharusnya tidak diberi ruang di media sosial yang dapat mempengaruhi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja tanpa bisa dikendalikan.

Adanya Niaga-el hanya sebagai angin segar, bukan solusi untuk masalah perempuan. Karena meskipun perempuan sudah dapat memilih untuk bekerja di rumah atau berkarier di luar, ketakutan pulang malam dan anak jadi korban sang bapak belum tentu berhenti. Sehingga Niaga-el hanya alat bantu teknis bagi perempuan, bukan pemotong rantai stigma miring terhadap perempuan.

Referensi :

iPrice Trend (2018, 2 Agustus). “Partisipasi Perempuan dalam Bisnis E-Commerce Indonesia Terendah di ASEAN”, dikutip 10 Juli 2020 dari Kumparan: https://kumparan.com/iprice-group/partisipasi-perempuan-dalam-bisnis-e-commerce-indonesia-terendah-di-asean-27431110790558718/full

Laudon, Kenneth C. & Laudon, Jane P. 1998. Management Information Systems — New Approaches to Organization & Technology. 5th edition, New Jersey: Prentice Hall

Mustikasari, Indah. (2018, 31 Juli). “Partisipasi Perempuan di Level Manajemen Industri E-Commerce Indonesia”, dikutip 10 Juli 2020 dari iPrice: https://iprice.co.id/trend/insights/kesetaraan-gender-tenaga-kerja-indonesia/

Pusparisa, Yosepha. (2019, 3 Desember). “96% Pengguna Internet di Indonesia Pernah Menggunakan E-Commerce”, dikutip 10 Juli 2020 dari databoks:https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/03/96-pengguna-internet-di-indonesia-pernah-gunakan-e-commerce

Tim Publikasi Katadata. (2018, 7 Agustus). “Alasan di Balik Rendahnya Peran Perempuan Indonesia dalam STEM”, dikutip 07 Agustus 2020 dari Katadata:https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/berita/5e9a55de98089/alasan-di-balik-rendahnya-peran-perempuan-indonesia-dalam-stem

Tim Publikasi McKinsey. (2015, 1 September). “How Advancing Women’s Equality can Add $12 trillion to Global Growth”, dikutip 07 Agustus 2020 dari McKinsey Global Institute: https://www.mckinsey.com/featured-insights/employment-and-growth/how-advancing-womens-equality-can-add-12-trillion-to-global-growth

--

--